Kisah Kecerdasan Imam Ali : Pembagian Harga Roti yang Adil Untuk Dua Sahabat



Kisah Bukti Kecerdasan Imam Ali kw :

 Kisah Mengagumkan Imam Ali Dalam Membagi Harga Roti Untuk 2 Sahabat Yang Berselisih


Imam Ali bin Abi Thalib karomallahu wajhah adalah salah seorang tokoh dunia islam yang dikenal dalam sejarah sebagai sosok yang sangat tinggi tingkat ketaqwaannya kepada Allah Azza Wajalla, sangat mendalam cinta dan kepatuhannya kepada Nabi Muhammad saw.


Beliau juga sosok sangat melegenda keberaniannya dalam melawan musuh di medan laga yang juga sangat dikenal kejeniusannya dalam menetapkan dan menerapkan ilmu hukum islam dan hikmah pengetahuan.


Imam Ali Bin Abi Thalib karomallahu wajhah



Nah pembaca sekalian yang admin hormati, pada kesempatan kali ini admin akan mengajak pembaca sekalian untuk melihat salah satu kisah tentang kejeniusan imam ali bin abi thalib dalam menyelesaikan problematika kehidupan manusia di zaman beliau hidup.


Kisah ini menceritakan tentang 2 orang sahabat yang mengadukan masalahnya atas pembagian sejumlah uang dirham yang diberikan kepada mereka sebagai ganti atas makanan yang mereka berikan kepada seorang musafir yang secara kebetulan lewat ketika mereka hendak bersantap siang.


 langsung saja kita ikuti kisahnya, selamat menikmati.


Kisah Imam Ali bin Abi Thalib - Membagi Uang Roti Kepada Dua Sahabat dengan Adil.


Alkisah, dua orang sahabat tengah melakukan perjalanan bersama.


Di suatu tempat, mereka berhenti dengan maksud untuk makan siang. Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk duduk dan menikmati bekal masing masing, maka mulailah keduanya membuka bekalnya.

Orang yang pertama membawa tiga potong roti, sedang orang yang kedua membawa lima potong roti, hingga waktu itu mereka hanya bermaksud memakan bekal masing masing karena dirasa sudah cukup.

Ketika keduanya telah hampir siap untuk menyantap makanan masing masing, tiba-tiba datanglah seorang musafir lain yang baru datang, dan ia pun duduk bersama mereka.

“Mari, silahkan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,” kata salah seorang dari dua orang tadi.

“Aduh… sayang sekali saya tidak membawa bekal,” jawab musafir itu.


"Tak apa.. mari kita makan saja bekal ini bersama-sama." jawab salah seorang sahabat itu.

"Orang kedua juga berkata, bekal saya juga cukup banyak, marilah kita gabungkan saja makanan ini dan memakannya bersama sama". ujar orang kedua.

Sahabat pertama pun setuju dan mereka pun menyatukan bekal mereka masing masing.



Maka mulailah mereka bertiga menyantap roti bersama-sama.


Selesai makan, tak disangka musafir tadi meletakkan uang delapan dirham di hadapan dua orang tersebut seraya berkata,

 “Biarkan uang ini sebagai pengganti roti yang telah aku makan tadi dari kalian.”



Belum lagi mendapat jawaban dari para pemilik roti itu, si musafir telah langsung saja mohon diri untuk melanjutkan perjalanannya lebih dahulu.

Sepeninggal si musafir, dua orang sahabat itu pun mulai membagi uang yang telah sang musafir berikan.

“Baiklah, sekarang uang ini kita bagi saja,” kata si pemilik lima roti.

“Aku setuju,” jawab sahabatnya.


“Karena aku membawa lima roti, maka aku mendapat lima dirham, sedang bagianmu adalah tiga dirham.


“Ah, mana bisa begitu. Karena dia tidak meninggalkan pesan apa-apa, maka kita bagi sama, masing-masing empat dirham.”

“Itu tidak adil. Aku membawa roti lebih banyak, maka harusnya aku mendapat bagian lebih banyak”

“Tidak bisa begitu lah…”

Alhasil, kedua orang itu saling berbantahan, dan oleh karena mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan tentang pembagian 8 dirham tersebut, maka mereka bermaksud menghadap Imam Ali bin Abi Thalib r.a. untuk meminta pendapat.

Di hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang masalah yang mereka hadapi. Imam Ali pun mendengarkan cerita keduanya dengan seksama.

 Setelah mereka berdua selesai berbicara, Imam Ali kemudian berkata kepada orang yang mempunyai tiga roti :

“Terima sajalah pemberian sahabatmu yang 3 dirham itu!”

“Oh Tidak ! Aku tak mau menerimanya. Aku ingin mendapat penyelesaian yang seadil-adilnya, “Jawab orang itu.

“Kalau engkau bermaksud membaginya secara benar, maka bagianmu hanya satu dirham!” kata Imam Ali lagi.

“Hah…? Bagaimanakah kiranya anda ini.."

Sahabatku ini akan memberikan tiga dirham dan aku menolaknya. Tetapi kini engkau berkata bahwa hak-ku hanya satu dirham?” sahutnya.

“Bukankah engkau menginginkan penyelesaian yang adil dan benar?”

“Ya”

“Kalau begitu, bagianmu adalah satu dirham!”

“Bagaimana bisa begitu?” Orang itu pun bertanya dengan penasaran.

Imam Ali menggeser duduknya. Sejenak kemudian ia berkata :

”Mari kita lihat. Engkau membawa tiga potong roti dan sahabatmu ini membawa lima potong roti.”

“Benar.”jawab keduanya.

“Kalian makan roti bertiga, dengan si musafir.

”‘Benar”

“Adakah kalian tahu, siapa yang makan lebih banyak?”

“Tidak.”

“Kalau begitu, kita anggap bahwa setiap orang makan dalam jumlah yang sama banyak.”

“Setuju, “jawab keduanya serempak.

“Roti kalian yang delapan potong itu, masing-masingnya kita bagi menjadi tiga bagian. Dengan demikian, kita mempunyai dua puluh empat potong roti, bukan?” tanya Imam Ali.

“Benar,” jawab keduanya.

“Masing-masing dari kalian makan sama banyak, sehingga setiap orang berarti telah makan sebanyak delapan potong, karena kalian bertiga makan sama banyak.”

“Benar.” jawab keduanya serempak.

“Nah… orang yang membawa lima roti, telah dipotong menjadi tiga bagian mempunyai lima belas potong roti, sedang yang membawa tiga roti berarti mempunyai sembilan potong setelah dibagi menjadi tiga bagian, bukankah begitu?”

“Benar, jawab keduanya, lagi-lagi dengan serempak. “si pemilik lima belas potong roti makan untuk dirinya delapan roti, sehingga ia mempunyai sisa tujuh potong lagi dan itu dimakan oleh musafir yang belakangan.

Sedangkan si pemilik sembilan potong roti, maka delapan potong untuk dirinya, sedang yang satu potong di makan oleh musafir tersebut. Dengan begitu, si musafir pun juga sama saja makan delapan potong roti sebagaimana kalian berdua, bukan?

”Kedua orang yang dari tadi menyimak keterangan Imam Ali, tampak sedang mencerna ucapan Imam Ali tersebut.

 Sejenak kemudian mereka berkata:”Benar, kami mengerti.”

“Nah, uang yang diberikan oleh di musafir adalah delapan dirham, berarti tujuh dirham untuk si empunya lima roti sebab si musafir makan tujuh potong roti miliknya, dan satu dirham untuk si empunya tiga roti, sebab si musafir hanya makan satu potong roti dari milik orang itu”

“Alhamdulillah… Allahu Akbar,” kedua orang itu berucap hampir bersamaan.

Mereka pun tersenyum, mereka sangat mengagumi cara Imam Ali menyelesaikan masalah tersebut, sekaligus mengakui keluasan ilmunya.

“Demi Allah, kini aku puas dan rela. Dan aku tidak akan mengambil yang lebih dari hak-ku, yakni satu dirham,” kata orang yang mengadukan hal tersebut yakni si pemilik tiga roti.

Akhirnya, Kedua orang yang mengadukan masalah tersebut akhirnya sama-sama merasa puas.

Mereka berbahagia, karena mereka berhasil mendapatkan pemecahan masalah mereka secara adil dan cerdas.

The End ;)
Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment