Figur Teladan Islami
Kisah Kesantunan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dalam sebuah perjalanan bersama seorang Musafir Non Muslim.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh...
Selamat pagi pemirsa dan selamat berpuasa Ramadhan bagi yang menjalankan. :D
Sebuah kisah penuh hikmah yang sangat indah dan bisa kita jadikan teladan dan motivasi dalam kehidupan bersosial kita, terutama ketika bergaul dengan orang-orang non muslim.
Inilah sesungguhnya cerminan dari sesosok insan muslim sejati yang semenjak kecil telah berada dalam kepengasuhan dan didikan Nabi saw.
Bersama dengan seorang wanita yang sangat mulia, yang tidak lain adalah istri beliau, Sayyidah Khadijah Al Kubro.
Singkat kata, berikut ini kisahnya, semoga bermanfaat dan semoga terinspirasi. ;-)
Hari itu udara kota di Kufah begitu nyaman. Angin sepoi merayap lembut dari sekitaran jalan, memberikan aura ketenangan bagi jiwa dan hati setiap makhluk di padang pasir yang kering.
Alkisah seorang musafir bergerak ke arah kota Kufah, dia telah melewati perjalanan yang jauh untuk mencapai suatu tempat di sekitar Kufah dan kini ia merasa kelelahan.
Dia berpikir sendirian, alangkah baik dan menyenangkan bila ia mempunyai teman seperjalanan, agar dia punya teman untuk berbicara sehingga membuatnya lupa akan rasa lelah akan perjalanan ini.
Ketika itu pula, tampak sesosok orang dari kejauhan. Sang musafir merasa gembira dan berkata sendirian, ”Aku akan bersabar sampai orang itu datang menghampiriku. Mungkin saja dia bisa menjadi teman seperjalananku.”
Sosok dari kejauhan itu akhirnya mendekat. Ternyata dia adalah seorang lelaki yang berwajah menarik dan bercahaya. Terlihat senyum terukir di bibir lelaki itu. Ketika keduanya berdekatan, mereka saling bertanya kabar.
Ternyata, lelaki itu juga akan pergi ke Kufah. Sang musafir yang kesepian tadi merasa gembira karena kini dia telah memiliki teman seperjalanan.
Lelaki yang baru tiba itu ternyata tidak lain adalah Imam Ali Bin Abu Thalib. Akan tetapi, Imam Ali menyembunyikan identitasnya kepada musafir tersebut.
Keduanya akhirnya bersama-sama melanjutkan perjalanan. Mereka lalui perjalanan itu sambil berbincang-bincang. Tak lama kemudian, Imam Ali mengetahui bahwa teman seperjalanannya itu adalah seorang non muslim.
Dan Imam Ali sebagaimana yang telah tersohor kebaikan dan keluhuran akhlanya kepada siapa saja, tetap memperlakukannya juga dengan baik, sampai-sampai lelaki non muslim itu merasakan persahabatan dan kecintaan terhadap Imam Ali yang kala itu adalah seorang khalifah/pemimpin seluruh kaum muslimin.
Tutur kata dan akhlak Imam Ali sedemikian baiknya sehingga telah meninggalkan kesan yang baik kepada lelaki itu, sampai-sampai dia melupakan rasa lelahnya.
Dia lalu berhenti sejenak dan berkata kepada Imam Ali, “Sungguh menakjubkan, kebetulan sejam yang lalu aku memohon teman seperjalanan untuk menemaniku agar beratnya perjalanan ini tidak terasa olehku, Lihatlah betapa Tuhan telah mengabulkan permintaanku.
Sampai kini, aku tidak pernah menemui orang sebaik dan sepandai engkau dalam berbicara.”
Imam Ali hanya tersenyum ketika mendengar kata-kata lelaki itu dan mereka kembali meneruskan perjalanan mereka. Hingga sampailah mereka berdua itu pada sebuah persimpangan jalan.
Satu jalan ke kota Kufah yang menjadi tempat tujuan Imam Ali bin Abi Thalib dan jalan lainnya merupakan arah yang dituju oleh si lelaki non muslim. Imam Ali tidak mengambil jalan ke arah Kota Kufah dan terus berjalan mengikuti teman seperjalanannya.
Lelaki itu sibuk berbicara sehingga tidak menyadari hal tersebut. Beberapa saat kemudian, ketika dia mulai menyadarinya, ia kemudian bertanya,
“Sahabatku, engkau telah salah memilih jalan, sewaktu di persimpangan tadi engkau seharusnya memilih jalan ke Kufah.”
Imam Ali menjawab, “Aku tahu. Tetapi aku ingin mengiringimu sampai engkau menyelesaikan pembicaraanmu.” Lelaki itu merasa takjub mendengar ucapan Imam Ali tersebut, lalu berkata, “Akhlakmu sungguh baik sekali.
Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang dirimu.
Sebutkanlah namamu dan apakah pekerjaanmu?”
Imam Ali menjawab, “Sahabatku, aku adalah Ali bin Abi Thalib.”
Lelaki non muslim itu yang sudah sering mendengar nama Ali dan mengetahui dia adalah pemimpin umat Islam, amat terkejut. Kebimbangan menyelimuti dirinya.
Dia berkata sendirian, “Ya Tuhanku, sejak tadi hingga kini, ternyata aku sedang bersama khalifah umat Islam dan aku tidak mengetahuinya sama sekali.
Lalu, dia berkata kepada Imam Ali bin abi Thalib, ”Kerendahhatian dan kebaikan Perilaku Anda memang layak mendapat pujian.
Apakah mereka yang dididik dengan ajaran Islam juga memiliki akhlak seperti Anda?”
Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw kemudian menyampaikan sebuah pesan dari Nabi Muhammad saw kepada beliau, Sebuah Ajaran akhlak dari Rasulullah saw yang berbunyi,
“Berlaku baiklah kepada sesama manusia sehingga mereka menyukai kalian selagi kalian hidup dan menangisi kalian ketika kalian meninggalkan dunia ini.”
Demikian artikel mengenai Kisah Imam Ali bin Abi Thalib kw dalam sebuah perjalanan dengan seorang Musafir non muslim.
Semoga bermanfaat, dan semiga terispirasi..
Like and Share for Caring Others. :)
Baca Juga :
Kisah Kesantunan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dalam sebuah perjalanan bersama seorang Musafir Non Muslim.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh...
Selamat pagi pemirsa dan selamat berpuasa Ramadhan bagi yang menjalankan. :D
Seperti biasa karena lagi tidak ada kegiatan, :) kali ini saya ingin menyajikan sebuah kisah menarik dari Imam Ali Bin Abi Thalib karomallahu wajhah, sebuah kisah tentang keluhuran budi dan ketawadhu'an Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra yang kala itu sedang berada dalam sebuah perjalanan bersama seorang non muslim.
Inilah sesungguhnya cerminan dari sesosok insan muslim sejati yang semenjak kecil telah berada dalam kepengasuhan dan didikan Nabi saw.
Bersama dengan seorang wanita yang sangat mulia, yang tidak lain adalah istri beliau, Sayyidah Khadijah Al Kubro.
Singkat kata, berikut ini kisahnya, semoga bermanfaat dan semoga terinspirasi. ;-)
Hari itu udara kota di Kufah begitu nyaman. Angin sepoi merayap lembut dari sekitaran jalan, memberikan aura ketenangan bagi jiwa dan hati setiap makhluk di padang pasir yang kering.
Alkisah seorang musafir bergerak ke arah kota Kufah, dia telah melewati perjalanan yang jauh untuk mencapai suatu tempat di sekitar Kufah dan kini ia merasa kelelahan.
Dia berpikir sendirian, alangkah baik dan menyenangkan bila ia mempunyai teman seperjalanan, agar dia punya teman untuk berbicara sehingga membuatnya lupa akan rasa lelah akan perjalanan ini.
Ketika itu pula, tampak sesosok orang dari kejauhan. Sang musafir merasa gembira dan berkata sendirian, ”Aku akan bersabar sampai orang itu datang menghampiriku. Mungkin saja dia bisa menjadi teman seperjalananku.”
Sosok dari kejauhan itu akhirnya mendekat. Ternyata dia adalah seorang lelaki yang berwajah menarik dan bercahaya. Terlihat senyum terukir di bibir lelaki itu. Ketika keduanya berdekatan, mereka saling bertanya kabar.
Ternyata, lelaki itu juga akan pergi ke Kufah. Sang musafir yang kesepian tadi merasa gembira karena kini dia telah memiliki teman seperjalanan.
Kisah Keluhuran Akhlak Sayyidina Ali bin Abi Thalib |
Lelaki yang baru tiba itu ternyata tidak lain adalah Imam Ali Bin Abu Thalib. Akan tetapi, Imam Ali menyembunyikan identitasnya kepada musafir tersebut.
Keduanya akhirnya bersama-sama melanjutkan perjalanan. Mereka lalui perjalanan itu sambil berbincang-bincang. Tak lama kemudian, Imam Ali mengetahui bahwa teman seperjalanannya itu adalah seorang non muslim.
Dan Imam Ali sebagaimana yang telah tersohor kebaikan dan keluhuran akhlanya kepada siapa saja, tetap memperlakukannya juga dengan baik, sampai-sampai lelaki non muslim itu merasakan persahabatan dan kecintaan terhadap Imam Ali yang kala itu adalah seorang khalifah/pemimpin seluruh kaum muslimin.
Tutur kata dan akhlak Imam Ali sedemikian baiknya sehingga telah meninggalkan kesan yang baik kepada lelaki itu, sampai-sampai dia melupakan rasa lelahnya.
Dia lalu berhenti sejenak dan berkata kepada Imam Ali, “Sungguh menakjubkan, kebetulan sejam yang lalu aku memohon teman seperjalanan untuk menemaniku agar beratnya perjalanan ini tidak terasa olehku, Lihatlah betapa Tuhan telah mengabulkan permintaanku.
Sampai kini, aku tidak pernah menemui orang sebaik dan sepandai engkau dalam berbicara.”
Imam Ali hanya tersenyum ketika mendengar kata-kata lelaki itu dan mereka kembali meneruskan perjalanan mereka. Hingga sampailah mereka berdua itu pada sebuah persimpangan jalan.
Satu jalan ke kota Kufah yang menjadi tempat tujuan Imam Ali bin Abi Thalib dan jalan lainnya merupakan arah yang dituju oleh si lelaki non muslim. Imam Ali tidak mengambil jalan ke arah Kota Kufah dan terus berjalan mengikuti teman seperjalanannya.
Lelaki itu sibuk berbicara sehingga tidak menyadari hal tersebut. Beberapa saat kemudian, ketika dia mulai menyadarinya, ia kemudian bertanya,
“Sahabatku, engkau telah salah memilih jalan, sewaktu di persimpangan tadi engkau seharusnya memilih jalan ke Kufah.”
Imam Ali menjawab, “Aku tahu. Tetapi aku ingin mengiringimu sampai engkau menyelesaikan pembicaraanmu.” Lelaki itu merasa takjub mendengar ucapan Imam Ali tersebut, lalu berkata, “Akhlakmu sungguh baik sekali.
Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang dirimu.
Sebutkanlah namamu dan apakah pekerjaanmu?”
Imam Ali menjawab, “Sahabatku, aku adalah Ali bin Abi Thalib.”
Lelaki non muslim itu yang sudah sering mendengar nama Ali dan mengetahui dia adalah pemimpin umat Islam, amat terkejut. Kebimbangan menyelimuti dirinya.
Dia berkata sendirian, “Ya Tuhanku, sejak tadi hingga kini, ternyata aku sedang bersama khalifah umat Islam dan aku tidak mengetahuinya sama sekali.
Lalu, dia berkata kepada Imam Ali bin abi Thalib, ”Kerendahhatian dan kebaikan Perilaku Anda memang layak mendapat pujian.
Apakah mereka yang dididik dengan ajaran Islam juga memiliki akhlak seperti Anda?”
Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw kemudian menyampaikan sebuah pesan dari Nabi Muhammad saw kepada beliau, Sebuah Ajaran akhlak dari Rasulullah saw yang berbunyi,
“Berlaku baiklah kepada sesama manusia sehingga mereka menyukai kalian selagi kalian hidup dan menangisi kalian ketika kalian meninggalkan dunia ini.”
Demikian artikel mengenai Kisah Imam Ali bin Abi Thalib kw dalam sebuah perjalanan dengan seorang Musafir non muslim.
Semoga bermanfaat, dan semiga terispirasi..
Like and Share for Caring Others. :)
Baca Juga :