Kumpulan Kata Bijak Emha Ainun Nadjib | Renungan dan Pemikiran Inspiratif Cak Nun

Kumpulan Renungan Bijak Emha Ainun Nadjib | Pemikiran Inspiratif Emha (Cak Nun) 


  Kali ini saya ingin menyajikan Kumpulan Kutipan Kata kata Bijak Emha Ainun nadjib, ceramah-ceramah cak nun, pemikiran-pemikiran inspiratif Emha Ainun Nadjib, Nasehat Nasehat bijak emha, renungan-renungan emha dan kata kata Mutiara Emha dengan secara lebih luas dan mendalam. 

  Beberapa konsep pemikiran "sesat" cak nun dan renungan-renungan "aneh" dari beliau berikut ini semoga menjadi pembuka pikiran kita untuk dapat semakin tersesat ke arah kebenaran yang hakiki dalam menggali hikmah hikmah, memetik pelajaran pelajaran dan melahirkan pandangan-pandangan baru yang bermanfaat bagi kehidupan spiritual dunia akhirat kita dan juga kehidupan sosial kekhalifahan kita di bumi.

Selamat menikmati.. :)

 

  • Manajemen Zam Zam

Kata Tuhan: “Kalau engkau bersyukur, akan kutambahi berlipat-lipat. Kalau engkau ingkar, ingatlah siksaanku sangat dahsyat”.

Empati kepada derita atau kekurangan orang lain, kemudian upaya untuk mengisinya, adalah suatu bentuk rasa syukur. Egoisme, ketidakperdulian terhadap keadaan orang lain, adalah ingkar terhadap hakekat kebersamaan hidup. Orang menciptakan sistem sosial atau menyelenggarakan lembaga sejarah yang bernama “negara”, sesungguhnya karena berusaha memenuhi ketentuan Tuhan melalui hakekat dan formula kemakhlukan alam dan manusia.
https://Info-sipaijo.blogspot.com
Kata Bijak Emha Ainun Nadjib

Maka semakin kita menghayati derita orang lain dan bersedia bekerjasama untuk mengatasi penderitaan itu, semakin lebur kita di dalam kebersamaan hidup, sehingga Tuhan juga semakin sayang kepada kita.
Kalau kita disayang Tuhan, kita seakan-akan menjadi air zam zam. Tak akan habis. Bukannya kita hebat, bukannya kita tidak akan habis. Melainkan Tuhan yang hebat, karena Tuhan memang tidak akan pernah habis. (Renungan Emha Ainun Nadjib)


  • Cara Makan Selebritis

KAUM selebritis itu mewah, ilmiah, elite, pokoknya berbeda dengan kebanyakan orang, termasuk dalam soal makan.
Kebanyakan orang pergi makan kapan ia ingin makan. Sedangkan selebritis hanya makan kalau sudah hampir tiba di titik ambang kelaparan. Sebab kalau ia membiarkan diri kelaparan, berarti ia melanggar amanat Tuhan untuk merawat kesehatan badan.
Kebanyakan orang makan sekenyang-kenyangnya. Sedangkan selebritis berhenti makan sebelum menyentuh keadaan kenyang, sebab pada batas itulah terletak optimalitas kesehatan dan kecerahan kreativitas hidup.
Kebanyakan orang memilih makanan yang disukainya. Sedangkan selebritis mengambil makanan yang menyehatkannya jasmani rohani, atau dengan kata lain yang halal dan thayyib.
Kebanyakan orang menghindarkan diri dari makanan yang tak disukainya. Sedangkan selebritis siap mengunyah dan menelan apa saja, meskipun pahit, amis dan tak disukainya – dengan syarat bahwa itu adalah kebaikan sosial yang wajib dikerjakannya.
Dalam semua konteks yang saya sebutkan ini, Nabi Muhammad adalah pemimpin kaum selebritis.
Dan saya percaya Anda semua adalah kaum selebritisnya.(Pemikiran Cak Nun)

Artikel Lainnya : 

 4 Penggolongan Sifat Dasar dan Karakter Psikologis Manusia menurut Galen


http://info-sipaijo.blogspot.com/2015/04/kumpulan-kata-bijakkata-mutiara-dan.html
Penindasan Terhadap Rakyat Kecil

Kenikmatan


RASANYA nikmat bukan main kalau karier kita sukses, pendapatan kita berlimpah, rumah dan saham kita bertebaran di mana-mana, kita jadi boss, kita punya kelebihan di atas banyak orang, mereka semua lebih rendah dari kita, semua orang menunduk dan tinggal kita perintah-perintah.
Pada posisi seperti itu kita sangat sukar percaya bahwa ada kenikmatan yang jauh lebih dahsyat.
Ialah kalau yang disebut “pribadi” kita bukanlah individu kita, melainkan merangkum sebanyak mungkin orang.
Ialah kalau yang dimaksud “keluarga” kita bukanlah sebatas sanak famili dan koneksi, melainkan meluas ke sebanyak mungkin saudara-saudara sesama manusia.
ialah kalau orang tidak lebih rendah dari kita.
Keberlimpahan kita adalah keberlimpahan banyak orang.
Saham kita adalah saham harapan banyak orang.
Kebahagiaan kita adalah bank masa depan orang banyak.
Dan kita bukan bos, melainkan buruh dari rasa malu sosial dan kasih sayang kemanusiaan yang terkandung di lubuk batin kita.
Tapi ya itu tadi; orang sukar percaya, dan bertahan untuk tidak percaya.
(Kata Kata Mutiara Emha Ainun Nadjib)

Misteri Kesabaran

SALAH satu kenyataan yang sangat misterius bagi keterbatasan akal manusia adalah praktek-praktek kesabaran Tuhan. Mungkin itu yang menyebabkan Tuhan bergelar Maha Sabar, bukan sangat sabar, atau juga bukan terlalu sabar.
Begitu banyak manusia menyakiti manusia: batas pengetahuan kita adalah bahwa terhadap itu semua Tuhan Maha Sabar. Begitu banyak orang mencuri hak orang lain, begitu banyak hamba Allah memeras dan menindas kedaulatan hamba Allah yang lain, tapi ilmu kita terbentur pada dugaan bahwa Allah Maha Sabar.

Saya menyebut itu misteri. Sebab pasti Tuhan memiliki takaran kesabaran-Nya sendiri, memiliki kearifan dan strateginya sendiri, serta memiliki komprehensi penyikapan sendiri dalam rangkaian maksud dan kehendak yang sungguh tak terhingga untuk mampu disentuh oleh kerdilnya akal manusia.

Dalam penderitaan separah apapun, semoga kita terlindung dari kecenderungan untuk bersangka buruk kepada Tuhan.

(Kata Mutiara Bijak Emha Ainun Nadjib)


Hal Pendekar

Tatkala kututurkan kepadanya ada tujuh tingkat kependekaran, tamuku itu cepat-cepat menyahut "Pastilah tak sebuah tingkat pun yang aku tergolong di dalamnya."
"Pendekar tingkat pertama berada dalam persoalan apakah ia bisa bertarung atau tidak," kataku.
"O, tak bisa aku berkelahi," sahutnya, "paling jauh aku belajar bergaul."
"Pada kependekaran tingkat kedua persoalannya tak hanya bisa bertarung atau tidak, tapi jurus atau senjata apa yang ia andalkan."
"Pantaslah orang pergi berguru, bersekolah, lantas pergi ke medan perang persaingan dan pergulatan."
"Tingkat berikutnya mempersoalkan berapa macam senjata atau jurus yang ia miliki."
"Pahamlah aku kenapa orang begitu semangat merintis kekuasaan dan modal yang tak ada batasnya."
"Kependekaran keempat tak mempedulikan apakah seseorang punya satu atau banyak senjata, sebab yang penting seberapa tinggi penguasaannya atas senjata atau jurus yang ia punyai."
"Pasti tak setiap peperangan mengandalkan kejujuran, sehingga soal penguasaan jurus dan senjata itu bisa juga diwujudkan melalui kerekatan pergaulan, koneksi, lobby, atau integrasi dan subordinasi terhadap kekuasaan yang berlaku."
"Kemudian kependekaran tingkat kelima tak menggantungkan diri pada pemilikan jurus dan senjata, juga tak ada urusan dengan penguasaan atas jurus dan senjata; sebab yang penting apakah tangannya bisa dijadikan pedang kapan diperlukan sebagai pedang, atau menjadi cambuk kapan diperlukan sebagai cambuk; dengan kata lain apakah diri sang pendekar itu sendiri senantiasa siap menjadi jurus dan senjata."
"Pendekar semacam itu pasti amat sakti, bisa menghilangkan jejak kakinya, bisa lolos dari pandangan manusia, bisa berubah setiap saat menjadi apa pun saja. Ia amat berbahaya."
"Adapun pendekar pada tataran keenam tidak mengutamakan jurus, senjata, penguasaan diri serta keserbasanggupan, sebab yang penting baginya ialah bagaimana mengenali letaknya di hadapan musuh, atau bagaimana memilih musuh yang dengan sendirinya tak memerlukan segala jurus, senjata dan penguasaannya."
"Betapa harus sangat berhati-hati kita menghadapi pendekar sakti seperti itu."
"Dan akhirnya, kependekaran tingkat ketujuh..."
"Aku tahu!" tamuku memotong, "Ialah orang dungu yang pengenalannya terhadap pertarungan, senjata, jurus, penguasaan, serta musuh-musuh - telah menghilangkan hakikat dari itu semua. Ia tak lagi mengenal perkelahian, karena hal itu tampak olehnya sebagai pemainan kakak-kanak. Ia tak kenal jurus, sebab baginya itu tarian. Ia tak emngenal senjata, sebab baginya itu keindahan sepuhan alam. Ia juga tak mengenal penguasaan atau politik pergaulan, sebab padanya itu persekolahan masa silam. Di mata pendekar yang ini, segala yang tampak hanya cinta." (Kata Kata Bijak Emha Ainun Nadjib)


Pembunuh dan Penyembelih

SEUSAI mengaji Al-Qur’an bersama, disebuah surau, terdengar suara Pak Guru berbicara tentang keburukan kepada murid-muridnya.
“Kenapa dalam kenduri tadi malam tak kita sebut Fulan membunuh ayam, melainkan Fulan menyembelih ayam? Kenapa Fulan tidak disebut pembunuh, melainkan penyembelih?”
“Karena kebaikan dan keburukan itu bentuk pekerjaanya bisa sama, tetapi berbeda perhubungan nilai dan haknya. Kalian menggenggam sebilah pedang, kemarin kalian menebaskannya ke dahan pohon, hari ini ke leher seseorang. Yang kalian lakukan semata mata menebaskan pedang, tetapi pada tebasan yang kedua, kalian menghadirkan sesuatu tidak pada tempatnya dan tidak pada haknya.”
“Selembar kertas yang bersih kalian hamparkan di atas lantai rumah yang bersih: kertas itu menjadi kotoran pada lantai. Demikian pula jika kalian tidur di tengah jalan raya, sembahyang subuh di siang bolong, atau menyanyikan lagu keras-keras di rumah sakit. Keburukan adalah kebaikan yang tidak diletakkan pada ruang dan waktunya yang tepat.”

“Makan gulai itu baik dan bergizi, tapi ia menjadi kejahatan jika kalian lakukan tanpa berbagi dengan seseorang yang kelaparan yang pada saat itu berada dalam jangkauanmu.”

“Mengucapkan kata-kata, mengungkapkan pengetahuan atau menuturkan ilmu; betapa mulia. Tetapi pada keadaan tertentu yang kalian ucapkan adalah dusta. Jadi mengucapkan (pada menuturkan ilmu) dan mengucapkan (pada berkata dusta) itu berbeda (walaupun sama-sama berkata-kata/mengucapkan sesuatu) seperti perbedaan antara surga dan neraka.”
“Mengambil air di sumur, mengambil bebuahan di ladang atau mengambil uang disaku; baik itu adanya. Tetapi sumur siapa, ladang siapa dan saku siapa: itulah yang menentukan apakah kalian mengambil ataukah mencuri.” (Kata Bijak Emha Ainun Nadjib)



Kebesaran Orang Kecil

KEBANYAKAN orang kecil adalah orang besar. Mereka bukan hanya berhati tabah, bermental baja dan berperasaan terlalu sabar, tapi juga berkemampuan hidup yang luar biasa.
Mereka sanggup dan rela berjualan beberapa botol air untuk penghidupan primernya. Kita pasti juga sanggup berjualan seperti itu, tapi tidak rela.
https://Info-sipaijo.blogspot.com

"Kebesaran Orang Kecil"

(kata Bijak Emha Ainun Nadjib)

Orang kecil mampu menjadi kenek angkutan, menjadi satpam, menjadi tukang parkir atau menjadi pembantu rumah tangga seumur hidup.
Sedangkan kita tidak mampu dan tak akan pernah bisa membuktikan bahwa kita sanggup menjadi kenek atau satpam atau pembantu rumah tangga seumur hidup.
Mereka ikhlas untuk tidak boleh terlalu memikirkan harapan dan masa depan. Sementara kita selalu memamerkan harapan dan masa depan yang kita pidatokan seakan-akan berlaku untuk mereka, padahal hanya berlaku untuk kita.
Mereka adalah orang-orang besar yang berjiwa besar. Mereka senantiasa siap menjalankan perintah kita dan menyesuaikan segala perilakunya dengan kehendak kita.

Kita inilah yang sebenarnya orang kecil. Kita hanya ikhlas kalau kita kaya, sukses dan berkuasa. Kita hanya sanggup menjadi pembesar. Kita hanya sanggup memerintah dan menggantungkan diri pada orang yang kita perintah.


Baca Juga : 

Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment